1. Prilaku Antisosial
2. Perilaku Temper tantrum
Perilaku Anti Sosial
ANAK YANG TIDAKPATUH
Kepatuhan adalah melakukan apa yang diminta oleh orang lain (dalam hal ini adalah orang tua atau guru) dengan tepat dan sesuai.
TEMPER TANTRUM
Andi menangis, menjerit-jerit dan berguling-guling di lantai karena menuntut ibunya untuk membelikan mainan mobil-mobilan di sebuah hypermarket di Jakarta? Ibunya sudah berusaha membujuk Andi dan mengatakan bahwa sudah banyak mobil-mobilan di rumahnya. Namun Andi malah semakin menjadi-jadi. Ibunya menjadi serba salah, malu dan tidak berdaya menghadapi anaknya. Di satu sisi, ibunya tidak ingin membelikan mainan tersebut karena masih ada kebutuhan lain yang lebih mendesak. Namun disisi lain, kalau tidak dibelikan maka ia kuatir Andi akan menjerit-jerit semakin lama dan keras, sehingga menarik perhatian semua orang dan orang bisa saja menyangka dirinya adalah orangtua yang kejam. Ibunya menjadi bingung....., lalu akhirnya ia terpaksa membeli mainan yang diinginkan Andi. Benarkah tindakan sang Ibu?
Temper Tantrums atau suatu luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol. Temper Tantrum (untuk selanjutnya disebut sebagai Tantrum) seringkali muncul pada anak usia 15 (lima belas) bulan sampai 6 (enam) tahun.
Tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi berlimpah. Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap "sulit", dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar tidak teratur.
Sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru.
Lambat beradaptasi terhadap perubahan.
Moodnya (suasana hati) lebih sering negatif.
Mudah terprovokasi, gampang merasa marah/kesal.
Sulit dialihkan perhatiannya.
Perilaku Tantrum, menurut tingkatan usia:
Di bawah usia 3 tahun:
Menangis
Menggigit
Memukul
Menendang
Menjerit
Memekik-mekik
Melengkungkan punggung
Melempar badan ke lantai
Memukul-mukulkan tangan
Menahan nafas
Membentur-benturkan kepala
Melempar-lempar barang
Usia 3 - 4 tahun:
Perilaku-perilaku tersebut diatas
Menghentak-hentakan kaki
Berteriak-teriak
Meninju
Membanting pintu
Mengkritik
Merengek
Usia 5 tahun ke atas
Perilaku- perilaku tersebut pada 2 (dua) kategori usia di atas
Memaki
Menyumpah
Memukul kakak/adik atau temannya
Mengkritik diri sendiri
Memecahkan barang dengan sengaja
Mengancam
Faktor Penyebab Trantum
Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu.
Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri.
Tidak terpenuhinya kebutuhan.
Pola asuh orangtua
Anak merasa lelah, lapar, atau dalam keadaan sakit.
Anak sedang stres (akibat tugas sekolah, dll) dan karena merasa tidak aman (insecure).
Tindakan terhadap Tantrum
Tantrum adalah suatu perilaku yang masih tergolong normal yang merupakan bagian dari proses perkembangan, suatu periode dalam perkembangan fisik, kognitif dan emosi anak.
Episode Tantrum pasti berakhir.
Beberapa hal positif yang bisa dilihat dari perilaku Tantrum adalah bahwa dengan Tantrum anak ingin menunjukkan independensinya, mengekpresikan individualitasnya, mengemukakan pendapatnya, mengeluarkan rasa marah dan frustrasi dan membuat orang dewasa mengerti kalau mereka bingung, lelah atau sakit.
Namun demikian bukan berarti bahwa Tantrum sebaiknya harus dipuji dan disemangati (encourage).
Tindakan terhadap Tantrum
Jika orangtua membiarkan Tantrum berkuasa (dengan memperbolehkan anak mendapatkan yang diinginkannya setelah ia Tantrum) atau bereaksi dengan hukuman-hukuman yang keras dan paksaan-paksaan, maka berarti orangtua sudah menyemangati dan memberi contoh pada anak untuk bertindak kasar dan agresif (padahal sebenarnya tentu orangtua tidak setuju dan tidak menginginkan hal tersebut).
Dengan bertindak keliru dalam menyikapi Tantrum, orangtua juga menjadi kehilangan satu kesempatan baik untuk mengajarkan anak tentang bagaimana caranya bereaksi terhadap emosi-emosi yang normal (marah, frustrasi, takut, jengkel, dll) secara wajar dan bagaimana bertindak dengan cara yang tepat sehingga tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain ketika sedang merasakan emosi tersebut.
Pencegahan Tantrum
Mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, dan mengetahui secara pasti pada kondisi-kondisi seperti apa muncul Tantrum pada si anak.
Melihat bagaimana cara orangtua mengasuh anaknya. Apakah anak terlalu dimanjakan? Apakah orangtua bertindak terlalu melindungi (over protective), dan terlalu suka melarang? Apakah kedua orangtua selalu seia-sekata dalam mengasuh anak? Apakah orangtua menunjukkan konsistensi dalam perkataan dan perbuatan?
Ketika Tantrum Terjadi
Memastikan segalanya aman.
Orangtua harus tetap tenang, berusaha menjaga emosinya sendiri agar tetap tenang
Tidak mengacuhkan Tantrum anak (ignore).
Jika perilaku Tantrum dari menit ke menit malahan bertambah buruk dan tidak selesai-selesai, selama anak tidak memukul-mukul Anda, peluk anak dengan rasa cinta. Tapi jika rasanya tidak bisa memeluk anak dengan cinta (karena Anda sendiri rasanya malu dan jengkel dengan kelakuan anak), minimal Anda duduk atau berdiri berada dekat dengannya.
Ketika Tantrum Telah Berlalu
anganlah diikuti dengan hukuman, nasihat-nasihat, teguran, maupun sindiran.
Juga jangan diberikan hadiah apapun, dan anak tetap tidak boleh mendapatkan apa yang diinginkan (jika Tantrum terjadi karena menginginkan sesuatu).
Dengan tetap tidak memberikan apa yang diinginkan si anak, orangtua akan terlihat konsisten dan anak akan belajar bahwa ia tidak bisa memanipulasi orangtuanya.
Ketika Tantrum Telah Berlalu
Berikanlah rasa cinta dan rasa aman Anda kepada anak.
Ajak anak, membaca buku atau bermain sepeda bersama.
Tunjukkan kepada anak, sekalipun ia telah berbuat salah, sebagai orangtua Anda tetap mengasihinya.
Setelah Tantrum berakhir
Orangtua perlu mengevaluasi mengapa sampai terjadi Tantrum.
Apakah benar-benar anak yang berbuat salah atau orangtua yang salah merespon perbuatan/keinginan anak?
Atau karena anak merasa lelah, frustrasi, lapar, atau sakit?
Berpikir ulang ini perlu, agar orangtua bisa mencegah Tantrum berikutnya.