Bukan Kartini Pahlawan Pertama Kaum Wanita (part1)
Setiap tanggal 21 April kita selalu memperingati hari Kartini, seorang srikandi yang namanya mengharumkan bangsa. Ketika saya membuka Wikipedia, nama RA Kartini berikut biografinya sudah tertulis dalam bahasa asing juga dan pergerakan yang beliau gaungkan mengubah sebuah tatanan wanita Indonesia yang menimbulkan apa yang disebut dengan emansipasi. Sebagai seorang wanita saya sangat bersyukur dengan keberadaan RA Kartini, namun apakah kita pernah tau ternyata ada dua srikandi selain Kartini yang mungkin belum kita kenal. Siapakah mereka?
Kapankah anak perempuan Indonesia mulai masuk sekolah? mulai menerima pelajaran serupa saudaranya anak laki-laki? Jawabnya setelah buku “Door Duisternis Tot Licht” terbit di tahun 1911, Karangan R A Kartini.
Buku Kartini dipilih, dikumpulkan dan diterbitkan oleh Mr. Jaccques Henry Abendanon ( 1900-1905)
Yang mengganjal adalah Buku Kartini pertama kali diterbitkan di Belanda, Apa mungkin bisa mengentaskan / memelekkan wanita Indonesia yang masih buta huruf, khususnya huruf latin. Apalagi buku Kartini baru disalin ke dalam bahasa melayu pada tahun 1922.
Kita coba tengok kedudukan Rohana dan Dewi Sartika dalam Sejarah
*Rohana ” Srikandi Indonesia kelahiran Minang”
*Dewi Sartika “Srikandi Indonesia Kelahiran Pasundan”
Sartika lahir pada 4 Desember 1884, pada tahun 1894 dalam usia 10 tahun beliau sudah berhasil mengajar baca tulis pada para pelayannya. Pada tanggal 16 Januari 1904, tujuh tahun sebelum buku “Door Duisternis Tot Licht Ra Kartini, Sartika telah mengajar pada “Sekolah Istri”. Pada tahun 1904 Sartika telah mengeluarkan murid-muridnya yang pertama dan berijasah. Murid-murid beliau menyebar ke segenap pelosok Pasundan dan masing-masing mendirikan sekolah-sekolah khas bagi perempuan. Tahun 1912 tercatat ada 9 sekolah berdiri dan di tahun 1920 di semua kabupaten di tanah Sunda telah punya “Sekolah Keutamaan Istri” malah di beberapa kota kawedanan.
Lalu bagaimana peran kedudukan sebenarnya Rohana dan Sartika?sudah jelas bahwa kedudukan dan perannya sangatlah dominan dalam pergerakan wanita Indonesia.Namun masih jarang kita jumpai nama Sartika dan Rohana dalam buku sejarah Indonesia. Kalaupun ada, sedikit disinggung, Kartika sekedar sebagai “Kartini Priangan” Sartika masih lebih mujur dari Rahana.karena Sartika pernah dicatat dalam Ensiklopedia Indonesia susunan T.S.G Mulia dan K.A Hidding, Walaupun belum sepopuler Kartini yang juga mendapat tempat di Ensiklopedia Asing. Semoga kita tidak melupakan mereka yang telah berjuang juga untuk perempuan Indonesia.
baca juga :
MITOS KARTINI DAN REKAYASA SEJARAH (PART2)
RA KARTINI DAN PENGARUH PEMIKIRAN YAHUDI, THEOSOFI DAN PLURALISME (PART3)
PENGARUH THEOSOFI DALAM PEMIKIRAN KARTINI (PART4)
sumber