KETIDAK MATANGAN /KURANG KEDEWASAAN (IMMATURITY)
Istilah yang lebih popular untuk ketidak matangan (inadequary) atau kekurang dewasaan (immaturity) adalah suatu sikap kekenak-kanakan.
Jenis perilaku ini sangat banyak dari yang berupa perbedaan kecil dengan perkembangan anak seusianya sampai keterlambatan perkembangan yang bersifat kronis atau berat. Ketidak matangan dan kekurang dewasaan dapat menunjukkan pada masalah yang sama yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan seusianya, tetapi dalam hal tertentu ada perbedaan antara keduanya.
Kekurang dewasaan adalah perilaku dibawah norma suatu populasi atau masyarakat luas. Sedangkan ketidak matangan mennjukkan pada perilaku dibandingkan dengan noma yang lebih sempit atau kelompok sosial tertentu. Dengan demikian seorang anak kurang dewasa menurut ukuran anak seusianya, tetapi bagi masyarakat tertentu ini dianggap hal biasa.
Ketidak matangan, kekurang dewasaan adalah jenis perilaku yang berdiri sendiri secara siggel. Konsep immaturity dapat diterapkan pada hampir semua jenis penyimpangan perilaku. Penyebab perilaku ketidak matangan yang paling dapat dipercaya adalah yang berasal dari teori belajar sosial (social learning thcory) yaitu bahwa penyimpangan perilaku merupakan kegagalan dalam proses memperoleh perilaku tersebut kecuali mempunyai bukti empiris. Konsep ini juga mempunyai implikasi praktis dalam merencanakan program-program penanganan yang dimaksud.
Beberapa karakteristik yang sering ditunjukkan oleh anak immaturity atau inadequate yaitu:
1. Menangis dan marah.
Menangis (crying) dan marah (tantrum), dapat terjadi pada setiap anak. Anak autistic sering menangis atau marah tanpa sebab yang jelas atau hanya kaena hal yang sederhana, misalnya karena sedikit perubahan pada kegiatan rutinnya atau karena keinginan yang tidak terpenuhi.
2. Keras kepala.
keras kepala (negativism), adalah perilaku menolak ajakan atau permintaan yang baik atau sengaja melawan jenis perilaku yang diharapkan.
3. Takut.
Rasa takut ini ada yang bersifat berat dan ada yang bersifat ringan. Kalau rasa takut yang bersifat ringan dan jangka pendek tidak akan mengganggu perkembangan anak, sedangkan rasa takut yang berat (fobia), adalah rasa takut yang tidak rasional atau diluar proporsi realitas dan situasi yang menyebabkan perilaku menghindar.
Ada beberapa macam rasa takut yang perlu mendapat perhatian para pendidik yaitu:
a. Fobia sekolah.
Beberapa anak mempunyai rasa takut untuk sekolah (school phobia), fobia sekolah berbeda dengan bolos dari sekolah.
b. Membisu efektif (elective mustism).
Seperti disinggung sebelumnya, membisu elektif menunjukkan pada perilaku,”hanya mau berbicara pada orang tertentu”, ada lagi yang mengunakan istilah membisu selektif (selective mutism), ini lebih berorientasi pada lingkungan tertentu atau hanya pada orang tertentu (selektif). Anak mau berbicara, sedangkan istilah membisu elektif lebih berorisntasi pada anaknya, yang secara sengaja memilih lingkungan atau orang.
c. Ganguan makanan
Anoreksia, yaitu menolak untuk makan karena alasan yang tidak masuk akal, misalnya takut gemuk.
Bulimia, yaitu hanya mau makan makanan jenis tertentu yang disukainya.
Pica, yaitu makanan zat yang sebenarnya tidak harus dimakan seperti kapur, puntung rokok, dsb.
d. Depresi pertumbuhan.
Regresi pertumbuhan (developmental regression), adalah pertumbuhan yang justru mundur kearah usia sebelumnya.
4. Gangguan psikofisiologis.
Istilah psikofisiologis menunjukkan bahwa keadaan mental menyebabkan gangguan fisiologis.
5. Obsesi, kompulsif dan ritual.
a. Obsesi adalah keinginan, bayangan atau fikiran yang terus-menerus menggangu.
b. Kompulsif adalah gerakan khas berulang-ulang yang dirasakan anak harus dilakukan.
c. Ritual adalah gerakan tertentu, khas berulang-ulang setelah terjadinya suatu kejadian.
6. Masalah seksual.
7. Depresi.
8. Kegagalan akademik.
Sumber
- Fatmawati & Ganda Sumekar, 2004. Pembinaan Pribadi Dan Sosial Anak Bermasalah Perilaku, PLB, FIP, UNP
- Sunardi, 1996. Ortopedagogik Anak Tunalaras I, Depdikbud. Dirjend Dikti, Jakarta