1. Pengertian Ilusi, Halusinasi, dan Delusi
Pengertian Ilusi
Ilusi adalah pengamatan yang keliru, yaitu: peristiwa objektif yang diterima oleh indera ternyata ditangkap secara salah. Perangsangnya meragukan, atau memperdayakan dan semu sifatnya, sehingga subjek menginterprestasikan pengamatannya secara keliru. Contohnya, oleh rasa ketakutan, pada keremang senja, sebatang perdu tampak seperti gerombolan penyamun. Tiang listrik kelihatan seperti genderwo yang menakutkan di malam hari dan lain-lain. Jika orang yang bersangkutan kemudian melakukan pengamatan lebih teliti, dan sudah menemukan interprestasi yang tepat dari pengamatannya, maka ilusi itu akan lenyap dengan sendirinya.
Jadi, pada pemalsuan ilusoire itu terdapat: interprestasi yang salah dari informasi-informasi inderawi; bukan pada saat nantinya atau kemudian, akan tetapi pada pengamatan itu sendiri( pada saat orang tengah mengamati). Hal ini disebabkan oleh adanya ketakutan-ketakutan, kecemasan-kecemasan, keinginan-keinginan atau pengharapan-pengharapan tertentu. Bagi banyak pasien gangguan psikis, dunia kita ini tampak begitu manakutkan, penuh bahaya-bahaya dan ancaman-ancman yang mengerikan. Dan perasaan “menakutkan-mengerikan” itu kemudian menjadi semakin menghebat, seiring dengan semakin menyimpangnya interprestasi-interprestasi yang semakin keliru atau menyimpang. Jika pasien kemudian juga dihinggapi waham atau delusi, kecurigaan dan prasangka, maka informasi-informasi pangamatannya pasti dipalsukan secara ilusioner: sehingga apa yang diamati (dilihat, didengar, dirasa, dirasakan, dicium) cocok dengan keyakinan delusi, prasangka dan kecurigaan.
Ilusi juga adalah persepsi yang keliru atau menyimpang. Ilusi selalu saja mencakup pemutar balikan fakta atau penyimpangan dari pola-pola perangsang.
Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah pengamatan tanpa objektivitas pengindraan, dan tanpa disertai perangsang-perangsang fisik yang bersangkutan. Atau persepsi atau tanggapan palsu, emnghayati gejala-gejala yang dikhayalkan sebagai hal yang nyata. halusinasi ditimbulkan didalam diri individu itu sendiri, dan pada umumnya dianggap sebagai abnormalitas
Halusinasi merupakan pengamatan yang sebenarnya tidak ada, namun dialami sebagai suatu realitas. Dalam hal ini mempunyai ciri-ralitas nyata yang betul-betul dialami atau dihayati oleh subjek. Halusinasi tersebut dialami sebagai satu pengamatan. Sedang pseudo-halusinasi dialami rang sebagai tanggapan.
Orang yang mengalami halusinasi itu melihat dan mendengar peristiwa-peristiwa tertentu; namun perangsang fisik dari peristiwa tadi sama sekali tidak ada.halusinasi biasanya berlangsung pada: orang yang sakit berat, terkena racun-racun tertentu (candu, alkohol, bahan narkotik), dan penderita psikosa berat.
Pseudo-halusinasi adalah peristiwa yang dihayati sebagai tanggapan, dan bukan sebagai sebagai “sepertinya satu pengamatan” (pengamatan semu); merupakan satu tanggapan spontan.
Pseudo-halusinasi ini siring muncul sendiri diluar kontrol kemauan kita, dengan bagian-bagian detail indrawi yang sangat jelas. Pseudo-halusinasi itu pada umumnya dimuati oleh emosi-emosi yang kuat. Jadi padanya ada nilai perasaan yang tinggi sekali.
Seorang penderita pseudo-halusinasi itu mengetahui bahwa segala sesuatu yang dilihat atau didengar itu bukanlah kenyataan. Akan tetapi dia tidak bisa melepaskan diri dari belenggu-belenggu tanggapan tersebut. Contohnya, seorang pasien deprsif dengan kecemasan-kecemasan kronis, selalu melihat iringan-iringan kranda orang mati, melihat api neraka yang menyala berkobar-kobar yang akan membakar dirinya, melihat orang yang dirobek-robek dan dianiaya, mendengar suara-suara ancaman yang mengandung maut, dan lain-lain. Dia menyadari bahwa gambaran-gambaan tanggapan tadi tidak ada, dan bukan merupakan kenyataan; akan tetapi dia tidak bisa melepaskan diri dari “tangkapan” cakar-cakar tanggapan yang serba mengerikan yang tampaknya akan menerkam dirinya. Semua gambaran itu segaris dengan fantasi-fantasi kecemasannya. Maka apabila si penderita menjadi sembuh, akan hilanglah semua halusinasi dan pseudo-halusinasinya.
Gejala psikis yang dekat atau mirip dengan halusinasi ialah mimpi. Dalam mimpi, kita melihat orang-orang dan peristiwa-peristiwa yang tidak ada; dan hanya ada dalam mimpi itu sendiri. Namun pada peristiwa mimpi itu tidak menunjukkan adanya penyakit jiwa atau gangguan fungsi serta gangguan adaptasi. Mimpi itu bahkan mempunyai arti tertentu bagi adaptasi; yaitu sebagai penyaluran atau peletupan bagi kecemasan-kecemasan dan harapan-harapan tertentu. Anak yang mengigau sewaktu tidur, pada umumnya tengah bermimpi buruk; dan biasanya suka dibangunkan. Jadi sulitlah untuk membebaskan seseorang dari cekaman mimpi tersebut.
Halusinasi bisa dibedakan menurut indera dengan mana orang mengalaminya; yaitu: halusinasi optis atau visual pada pengamatan, halusinasi auditif atau akustis pada pendengaran, halusinasi olfaktoris pada pembauan, halusinasi pengecapan, dan halusinasi haptis pada rasa jasmaniah.
Pengertian Delusi
Delusi adalah gambaran tipuan dari pengamatan, gambar semua atau gamabr yang memperdayai kita, dengan kesesatan-kesesatan yang tidak bisa dibetulkan, dan tidak cocok sama sekali dengan fikiran serta pendapat sendiri. Delusi itu pada umumnya ditimbulkan oleh pengalaman-pengalaman masa lampau yang diliputi oleh perasaan-perasaan berdosa dan bersalah, serta haapan-harapan yang tidak atau belum tecapai.
Beberapa tipe delusi dapat kita catat disini, ialah sebagai berikut:
1. Delusi hipokondris; ada waham pasien merasa selalu menderita sakit jasmaniahnya: disertai kecemasan-kecemasan kronis dan ketakutan yang patalogis mengenai kesehatan badan sendiri. Pasien merasa “yakin” benar bahwa dirinya mengidap penyakit yang serius. Setiap simpton kesakitan yang sekecil-kecilnya pun dirasakan sebagai bencana hebat, yang bisa mengakibatakan kematiannya. Khususnya delusi hipokondris ini disebabkan oleh konflik- koflik intrapsikis yang lama dan parah.
2. Delusi nihilistis: pasien dihinggapi perasaan-perasaan “sudah tidak ada lagi atau sudah mati”. Dia merasa menjadi sebatang mayat tidak berharga lagi. Pasien menjadi putus asa, dan tidak berguna lagi hidup didunia.
3. Sindrom Cotard: ada delusi tidak bisa hidup lagi, yang disertai delusi tidak mungkin bisa mati. Ada gambaran dia tidak lagi bisa hidup didunia ini; namun pada saat yang sama ia merasa yakin tidak mungkin bisa mati. Karenanya dia terus-menerus merasa berdosa untuk menembus dosa-dosa dan noda-noda yang melekat pada dirinya, dia harus direjam dengan siksaan-siksaan neraka jahanam didunia sekarang.
2. Faktor Penyebab Ilusi, Halusinasi dan Delusi
1. Ilusi
Biasanya disebabkan oleh adanya ketakutan, kecemasan dan keinginan atau pengahrapan terhadap sesuatu
2. Halusinasi
Sebenarnya benda yang kita lihat tidak ada, tapi misalnya kita ada suatu persoalan yang amat kita pikirkan baik itu soal seseorang atau satu benda mati, maka semua itu menghantui diri. Hal ini juga disebabkan karena rasa takut dan cemas.
3. Delusi
Pada umumnya ditimbulkan oleh pangalaman-pangalaman masa lampau yang diliputi oleh perasaan-perasaan berdosa dan bersalah, serta harapan-harapan yang belum tercapai.
3. Tanda-tanda Ilusi, Halusinasi dan Delusi
Biasanya si penderita sering kali berteriak kaget, dan merasakan ketakutan terhadap sesuatu yang mana orang lain tidak merasakan hal yang sama dengan dirinya. Si penderita terkadang bisa menjadi seorang pemurung, karena membahayakan kesalahan yang dia perbuat. Dia seakan-akan menjadi seorang yang seperti dipasung, tidak mau bergaul dan selalu menutup diri dan selalu murung.
4. Beberapa Kasus Ilusi, Halusinasi dan Delusi
Suatu malam seorang pria yang umurnya kira-kira 20 tahunan. Ia berjalan dengan sempoyongan. Mungkin karena ngantuk berat. Ketika itu dia melewati sebuah kebuan pisang. Dikebun pisang itu mata nya tertuju pada sebuah bayangan besar yang melambai-lambai seperti seseorang yang tebang di udara. Seketika itu langsung saja ia terbirit-birit, karena ketakutan. Dipikirnya itu bahwa bayangan tadi adalah hantu, padahal itu hanyalah sebatang pohon pisang yang tertiup angin.
Kasus ini menimpa saya sendiri. Suatu malam saya sendirian disebuah gedung. Dimana gedung tersebut benar-benar sepi dan sunyi. Ketika sedang asik berjalan saya mendengar seseorang membuka pintu, tetapi setelah saya lihat ternyata tidak ada. Dan ketika saya berjalan lagi, saya melihat sesosok bayangan mengikuti saya. Ketika saya toleh kebalakang, ternyata tidak ada. Lalu saya berfikir, tadi terdengar suara orang membuka pintu, dan saya seperti diikuti oleh sesosok bayangan, langsung saja saya ambil langkah seribu. Ketika paginya saya cek, ternyata hanya angin yang menggoyangkan pintu tersebut, dan ternyata bayangan yang mengikuti saya adalah dedaunan pohon yang lebat.
Sumber
I.M. Ingram, dkk. CATATAN KULIAH PSIKIATRI. Penerbit buku kedokteran (EGC), Jakarta,1985
J.P Chaplin, Penterjemah Kartono,kartini, KAMUS LENGKAP PSIKOLOGI, Raja Grasindo: Jakarta, 2002.
Katono,Kartini, PATOLOGI GANGGUAN SOSIAL 3: Gangguan-Gangguan Kejiwaan. CV Rajawali: Jakarta. 1986.
www.google.co.id/kisahilusi,23desember2006,10:23on-line
pernah jg sih dpt penglmn sprti itu, tpi menurut sy smua itu cuma sugesti pikirn kita yg lagi negatif ,,,, jdi mending postink (postif thinking aj)
salam kenal ^^win
Apakah bedanya halusinasi dengan kontak realitas yang berbeda gelombang.Sebab orang kantuk mengalami penurunan resonansi gelombang otak.
Makasih Info nya yah kak....
*maaf tidak mencantumkan nama
terima kasih informasinya. sangat membantu
thanks for the information..
thanks!!
thanks for the information..
~x(
BAIK UNTUK PENGETAHUAN SAYA
sangat membantu,,, mau tanyaa bdbedanya dengan waham apa ya
thanks
Adakah 'Tuhan' dalam fikiran manusia juga salah satu hasil gejala Delusi seperti yang dihuraikan oleh Richard Dawkins(Biologist) ? Kerana saya semenjak saya membaca buku beliau (The God Delusion) , says semakin menyangka bahawa Iman(kepercayaan) saya adalah Delusi Dan ilusi.
Sukses selalu min, semoga makin keren tulisannya
rupanya post ini pengalaman pribadi anda, itu sangat baik dan sangat bermanfaat menurut saya..
Apalagi penderita penyakit Skizofrenia. Delusi ++
this article is very full of detail information,
and it makes me easy to understand the meaninmg of your article.