BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Kasus ini saya ambil karena begitu banyak penomena yang terjadi di masyarakat tentang anak pencemas ini. Pada umumnya pencemas ini banyak di alami anak-anak yang umurnya balita atau anak prasekolah. Kecemasan ini timbul karena beberapa faktor yang sangat mempengaruhi seseorang anak tersebut. Oleh karena itu kecemasan anak itu berlebihan yang mengakibatkan anak mengalami gangguan kepribadian menghindar atau disebut juga fobia sosial. Seperti kecemasan pada kegelapan atau binatang kecil.
Menurut kamus psikologi tentang kecemasan adalah
1. Perasaan campuran berisakan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut
2. Kekwatiran dan ketakutan yang kuat dan meluap-luap
3. Satu dorongan sekunder mencakup suatu reaksi penghindaran yang dipelajari
Dalam kasus ini saya dapat menangani bagaimana cara mengatasi atau menangani anak yang memilki gangguan kecemasan yang berlebihan. Untuk itu malakah saya ini dapat memberikan solusi yang tepat untuk menangani anak yang mengalami kecemasaan yang berlebihan tersebut yaitu dengan cara melakukanterapi pada anak yang dinamakan terapi perilaku. Terapi perilaku merupakan terapi aplikasi sistematis dari prinsip-prinsip belajar untu menangani anak gangguan psikologis. Terapi perilaku ini dapat membantu anak mengatasi fobia pada binatang yang di takutinya.seperti binatang yang menyeramkan seperti anjing, harimau, ular dan kecoak.
2 Tujuan Makalah
Untuk memberikan informasi kepada masyarakat agar dapat mengatasi anaknya mengalami gangguan kecemasan yang berlebihan. Dan dapat menghilangkan kecemasan pada anaknya tersebut supaya anaknya tidak mengalami gangguan dalam gangguan kepribadian sosial. Makalah ini saya buat agar dapat menambah ilmu pengetahuan penulis.
3 Rumusan Masalah
Jadi dari latar belakang dapat dirumuskan bahwa :
A. Pengertian pencemas
B. Ciri-ciri anak pencemas
C. Macam-macam gangguan kecemasan
D. Faktor yang mempengaruhi kecemasan
E. Pembinaan dan penanganan anak pencemas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pencemas
Kecemasan adalah rasa ragu- ragu,gentar terhadaphal-hal yang kongkrit, tifdak riil, semu, hal-hal yang tidak jelas.
Kecemasan adalah ciri- ciri normal pada masa kanak kanak separti hal kehidupan orang dewasa, kecemasan yang dianggap tidak normal bila bila berlebihan yang menghambatfungsi akademikdan sosial atau menyusahkan atau persisten.
Menurut (Schaefer & Millman, 1981 ) mengemukakan kecemasan dan kekhawatiran diartikn sebagai kesukaran, kesedihan, ketakutan, dan kegelisahan tentang masalah atau perasaan sakit yang sudah diantisipasi atau yang di alami dimasa mendatang.
Kecemasan adalah suatu sinyal bahaya bahwa impul- impuls yang mengancam yang sifatnya seksual atau agresif ( membunuh ) mendekat ke taraf ke sadaran.
Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang di tandai dengan istilah seperti “kekhawatiran”,”perhatinan”. Dan rasa “takut”. Yang kadang kadang kita alami dalam tinggakt yang berbeda-beda.
Menurut ( Bogel & Zigerman, 2000; Weems dkk, 2001 ) mengemukakan bahwa anak yang cemas menunjukkan bias-bias kognitif dalam mengolah informasi, separti menginterprestasikan situasi-situasi yang ambigu sebagai ancaman, mengharapkan hasil yang negatif, meragukan kemampuan mereka yang berhadapan dengan situasi yang bermasalah, melakukan self-talk yang negatif.
Menurut ( Stein dkk, 2001 ) menyatakan bahwa seseorang yang mengalami gangguan kecemasan sosial selama masa remaja atau dewasa awal akan meningkatkan kemungkinan untuk berkembangnya gangguan depresi di kemudian hari.
Menurut kamus psikologi tentang kecemasan antara lain :
1. Perasaan campuranberisikan ketakutandan keperhatinanmengenai masa-masa mendatangtanpa sebab khusus ketakutan tersebut
2. Rasa takut dan ketakutan kronis pada tingkat yang ringan
3. Kekwatiran dan ketakutan yang meluap-luap
4. Satu dorongan sekunder mencakup suatu reaksi penghindaran
B. Ciri- ciri anak pencemas
1. meliputi ketegangan emosional dan di ganggu oleh bayangan-bayangan
2. berdebar- debar
3. diare dingin
4. berkeringat pada telapak tangan
5. tegang, lamban bereaksi terhadap rangsangan yang datang
6. mimpi buruk
7. mudah tersinggung
8. mersa mual
9. sering gelisah
menurut Alloy (1999) mendifinisikan kecemasan sebagai keadaan takut yang mempengaruhi berbagai area fungsional. Kecemasan memilki 3 komponen dasar yaitu keadaan subjektif yang berkaitan dengan ketegangan, ketakutan, dan perasaan tidak mampu untuk mengatasinya( coping). Respon tingkah laku seperti menghindar dari situasi yang menimbulkan ketegangan,ketakutan, terganggunya fungsi bicara, motorik, dan unjuk kerja pada tugas kognitif yang kompleks; dan respons fisiologis yang meliputi ketagangan otot, peningkatan detak jantung, tekanan darah, dan kecepatan pernapasan,mulut menjadi kering, mual, diare, dan pusing, ( Alloy, 1999, Wenar, 1994 ). Pada anak- anak gejala kecemasan lain dapat diamati adalah sikap gelisah, menangis, berteriak, melangkah bolak-balik, mimpi buruk, tidak selera makan, berkeringat, sulit bernafas, sering buang air, gemetar, ( Schaefer & Millman, 1981; Suran & Rizzo, 1979; Telford & Sawrey, 1981)
C. Macam- macam gangguan kecemasan
Beberapa macam gangguan kecemasan antara lain :
1. Axiety equivalen (padanan kecemasan / psikoanalisa )
suatu reaksi sipatetik yang kuat, seperti detak jantungyang cepat, menggantikan kecemasan yang tidak disadari
2. Axiety fixsation ( fiksasi kecemasan )
Mempertahan atau memindahkan reaksi kecemasan dari masa atau tingkat lebih dini dari perkembangan ketaraf yang lebih lanjut.
3. Axiety histeria (kisteris kecemasan )neorosa dengan karakteristik ketakuatan dan gejala konvensia atau dengan perwujudan konflikberupa gangguan atau penyakit somatis
4. Axiety neorosis ( neorosa kecemasan )
Suatu bentuk neorosa dengan ciri utama ialah kecemasan yang tidak disebabkan oleh suatu rangsanganatau sebab khusussifat kronis dan mendalam.
5. Axiety object (objek kecemasan )
Pengganti atau pemindah ketakutan pada suatu objek yang mewakili pribadiyang dulunya menimbulkan ketakutan tersebut.
6. Axiety reaction ( reaksi kecemasan )
Pada reaksi ini di ditandai oleh perasaan kecemasan yang kuat, disertai gejala-gejala somatis seperti jantung berdebar-debar, sesak napas, pingsan
7. Axiety tolerance (toleranso kecemasan )
Tingkat kecemasan yang dapat ditanggung oleh seseorang tanpa menimbulkan gangguan psikologis serius atau tanpa mengakibatkan kemampuan menyesuikan diri.
Kecemasan di anggap tidak normal bila berlebihan dan menghambat fungsi akademik dan sosial atau menjadi menyusahkan. Anak-anak dan juga orang dewasa, dapat mengalami jenis gangguan kecemasan yang dapat diagnosis,termasuk fobia spesifik, fobia sosial, gangguan kecemaan menyeluruh, PTSD, dan gangguan mood, termasuk depresi mayor dan gangguan bipolar. Walaupun gangguan yang biasanyaberkembang pada awal masa kanak-kanak: gangguan kecemasan akan perpisahan. Ada macam-macam gangguan kecemasan antara lain
1. Fobia spesifik
Pobia spesifik adalah ketakutan yang beralasan yang disebabkan oleh kehadiran dan antisipasi suatu objek spesifik. Pobia ini berdasarkan ketakutanya adalah darah, cedara, penyuntikan, binatang. Hal ini ditakuti banyak budaya sebagai contohnya di cina, peleng adalah ketakutan pada dinginndimana seseorang mengalami kekhawatiran bahwa hilangnya panas tubuh dapat menyebabkan nyawa terancam.
2. Pobia sosial
Pobia sosial adalah ketakutan yang menetap dan tidak rasional yang umumnya berkaitan dengankeberadaan orang lain. Pobia ini dapat merusak, sedemikian parah sehingga angka bunuh diri pada orang yang menderita pobia ini lebih tinggi dari angka gangguan anxietyl lain (Schneier dkk, 1992 ). Memang istilah anxiety sosial, baru-baru ini di ajukan karena beratnya masalah dan konsekuensi negatif bagi orang yang mengalami gangguan pobia lain (Liebowist dkk, 2000).
Individu pobia sosial biasanya mencoba menghindari situasi dimana ia mungkin dinilai dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau berprillaku memalukan. Ketakutan yang ditunjukkan dengan berkeringat yang berlebihan,berbicara didepan publik, toilet umum, dan tempat-tempat umum lainya.
3. Gangguan kecemasan menyeluruh (generalized anxiety disorder/ GAD)
Menurut pandangan teori psikoanalisis berpendapat bahwa sumber kecemasan menyeluruh adalah konflik yang tidak di sadari antara ego dan impuls-impuls id. Impul-impul tersebut, yang bersifat seksual atau agresif, berusaha untuk mengekspresikan dirinya, namun ego tidak membiarkanya karena tanpa disadari ia merasa takut terhadap hukuman yang akan diterima. Karena sumber kecemasan tidak disadari, individu tersebut mengalami kecemasan dan stress tanpa diketahui mengapa demikian.
Menurut pandangan teori kognitif- behavioral berpendapat bahwa gangguan tersebut disebabkan oleh proses-proses berpikir yang menyimpang. Orang-orang GAD sering kali salah persepsi terhadap kejadian-kejadian biasa seperti menyebrangi jalan, sebagai hal yang mengancam, dan konisi mereka terfokus pada antisipasi berbagai bencana pada masa yang akan datang ( Back dkk, 1987; ingram & Kendall, 1987; Kendall & Ingram,1989 )
Menurut pandangan teori biologis berpendapat bahwa GAD dapat memiliki komponen genetik. GAD sering ditemukan pada orang-orang yang memiliki hubungan dengan penderita. GAD dapat disebabkan oleh kerusakan dalam sistem GABA sehingga kecemasan tidak dapat dikendalikan.
4. Gangguan kecemasan akan perpisahan
Gangguan kecemasan akan perpisahan merupakan hal normal bila anak-anak menunjukkan kecemasan bila mereka dipisahkan dari pengasuh mereka. ( Mary Ainsworth, 1989 ) meneliti tentang perkembangan prilaku kelekatan, mencatat bahwa kecemasan akanperpisahan adalah ciri normal dari hubungan anak dengan pengasuhnya sdimulai sejak tahun pertama. Perasaan aman yang dihasilkan oleh ikatan kelekatan, tampaknya anak dapat mengekplorasikan lingkungan mereka dan secara progresif mandiri dari pengasuhnya (Bowlby, 1988). Gangguan kecemasan akan perpisahan, seorang anak menunjukkan kecemasan yang terus-menerus, ketika dipisahkan dari orang tuanya, yang tidak konsisten dengan tingkat perkembangan anak, anak-anak separti ini cendrung terikat pada orang tuanya dan tidak memnginkan perpisahan sesingkat apapun.
Gangguan kecemasan akan perpisahan diagnosis jika kecemasan itu berlebihan atau tidak disesuikan dengan tingkat perkembangan anak.jadi, anak yang umur 3 tahun seharusnya mengikuti prasekolah tanpa mersa mual dan muntah karena cemas. Anak umur 6 tahun seharusnya sekolah dasar tanpa rasa takut yamg terus menerus bahwa suwtu yang buruk yang terjadi kepadnya dan orang tuanya. Gangguan kecemasan akan perpisahan biasanya disebut fobia sekolah. Namum gangguan ini dapat terjadi pada prasekolah.
5. Gangguan kecemasan merata
Rasa cemas merupakan gejala utama ( cemas merata atau panik ) atau rasa cemas yang di alami bila individu tidak menghindari situasi tertentu yang ditakuti ( fobia ) atau tetap melakukan ritual tertentu atau terpaku pada pikiran tertentu. Seseorang yang menderita gangguan kecemasan merata ( generalized anxiety disolder ) setiap hari hidup dalam keadaan tegang. Dia selalu merasa serba salah atau khawatirdan cendrung memberi reaksi yang berlebihan pada stress yang ringan. Keluhan fisik yang lazim antra lain adalah tidak dapat tenang, tidur terganggu, kelelahan, macam-macam sakit kepala, kepeningan, dan jantung berdebar-debar. Disamping itu, individu tersebut terus menerus mengkawtirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi dan sulit sekali berkonsentrasi atau mengambil keputusan. Jika individu mengambil keputusan , hal ini akan menghasilkan kekahwatiran lebih lanjut.
Adapun gangguan kecemasan yang di alami sesorang di pandang berbagai perspektif antara lain :
1. Perspektif teoritis
Gangguan kecemasan merupakan suatu laboratorium teoritis. Banyak teori tentang tingkah laku dikembangkan dengan pemikiran tentang gangguan-ganguan ini. Disini akan kita lihat perspektif kecemasan.
2. Perspektif psikodinamika
Kecemasan adalah suatu sinyal bahaya bahwa impuls-impuls yang mengancanm sifatnya seksual atau agresif medekat ke taraf kesadaran. Dengan menerapkan model ini pada gangguan kecemasan lainya akan dapat membuat hipotesis bahwa dalam gangguan kecemasan yang menyeluruh, konflik-konflik tak sadar jelaskan tantang kecemasanya, karena sumbernya tetap terselubung dalam ketidaksadaran.
3. Perspektif belajar
Dari perspektif ini, kecemasan menyeluruh tepatnya memanglah demikian suatu produk dan generalisasi stimulus. Orang-orang yang prihatin dengan tema hidup yang luas, seperti keuangan,kesehatan, dan masalah keluarga, mungkin saja mengalami kekwatiran mereka itu dalam berbagai seting. Kecemasan dengan demikian dihubungkan dengan semua lingkungan akan dipicu oleh tanda yang diasosiasikan denganberbagai situasi sosialdan vokasikasi luarrumah diman individu diharapkan independen. Seperti melakukan perjalanan,belanja,kerja.
Freud salah satu pakar yang memokuskan diri pada makna penting kecemasan membedakan 2 macam kecemasan antara lain kecemasan objektif dan kecemasan neurotis. Freud memandang kecemasan objektifsebagai respon yang realististerhadap bahaya eksternal yang maknanya sama dengan rasa takut. Dia yakin bahwa kecemasan neorotis timbul dari konflik tak sadar dalam diri individu, karena konflik itu tidak disadari maka si individu tidak tidak mengetahui alasan kecemasanya.
D. Faktor- faktor penyebab yang mempengaruhi kecemasan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain :
1. Faktor psikologis
Penyebab gangguan anxiety mencerminkan beberapa kondisi ketika memasuki usia tua. Masalah kecemasan sering kali dihubungkan dengan penyakit medis. Dan dapat merupakan reaksi kekwatiran menderita sakit dan menjadi lemah. Kadang kecemasan orang lanjut usia dapat merupakan reaksi terhadap obat tertentu.tanda penderita ektrim,kadang agresif, demensia,kecemasan akibat kebingungan dan frustasisaat mereka tidak dapat melakukanhal yang tampak kecil.
Banyak perubahan psikologis yang terjadi sejalan dengan penuaan. Perubahan dalam metabolisme kalsium mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan meningkatkan resiko patah bila terjatuh. Kulit tumbuh kurang elastis menyebabkan keriput dan lipatan. Indra menjadi kurang tajam. Sehingga orang tua kurang dapat melihat dan mendengar secara akurat. Orang lanjut usia lanjut butuh waktu lama untuk merespon untuk berbagai reaksi baik mereka mengemudi dan melakukan tes intelegensi. Sebagai contoh, pengemudi yang sudah tua butuh waktu yang lama untuk berinteraksi dengan tanda-tanda lalu lintas atau kendaraan lainnya. Fungsi kekebalan tubuh semakin berkurang efektif seiring meningkatnya usia, sehingga orang menjadi lebih rentan terhadap penyakit ketika menua. Kulit menjadi kurang elastis sehingga mudah tergeropes. Indra pendengaran berkurang, sebagaimana elastisitasnya lensa mata, yang membuat mereka lebih sulit untuk pokus pada objek yang dekat dan tulisan yang tercetak.
Perubahan kognitif terjadi sejalan dengan usia. Sangatlah normal bagi orang usia tua mengalami beberapa penurunan fungsi memori dan kemampuan kognitif umum, sebagaimana yang di ukur oleh tes intelegensi atau tes IQ.
Hal yang penting disini adalah demensia / kepikunan bukan merupakan hasil dari proses penuaan yang normal ( USDHHS, 1999a). ini merupakan tanda penyakit otak degeneratif. Penyaringan dan pengujian dengan menggunakan tes neorologi dan neoropsikologi dapat membantu membedakan demensia dengan penuaan yang normal.
Penanganan kecemasan
Masalah kecemasan pada orang tua lanjut usia tampaknya dapat ditangani dengan jenis penanganan psikologis yang sama diketahui dengan orang dewasa dewasa yang lebih muda. Kerena dokter mendengar berbagai masalah psikologis dari orang tua lanjut setidak – tidaknya bagi kelompok para pasien tersebut. Saat ini obat – obatan psikoaktif banyak diresepkan.
2. Faktor biologis
Bukti –bukti makin makin bertambah mengenai pentingnya faktor biologis pada gangguan kecemasan, seperti hereditas dan ketidakseimbangan biokimia di otak. Ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi kecemasan seseorang, antara laini :
a. Faktor genetis
b. Neotransmiter
3. Faktor kognitif
Fokus dari perspektif kognitif adalah pada peran cara berpikir yang terdistorsi dan disfungsional yang memungkin memegang peran pada pengembangan gangguan kecemasan. Antara lain :
a. Prediksi yang berlebihan terhadap rasa takut
Orang yang gangguan kecemasan sering memprediksikan secara berlebihan tentang seberapa besar ketakutan dan kecemasan yang akan dialami dalam situasi pembangkit kecemasan ( Rahcman, 1994 ).
b. Keyakinan yang self- defeating atau irasional
Pikiran-pikiran self-defeating dapat meningkatkan dan mengekalkan gangguan kecemasan dan fobia. Dengan berhadapan dengan stimuli pembangkit kecemasan, orang mungkin berpikir, “ saya harus keluar dari sini, atau jantung saya akan meloncat dari dada saya”.( Meichenbaum & Deffenbacher, 1988).
c. Sensitivitas berlebihan terhadap ancaman
Sesuatu sensitiv yang berlebihan terhadap sinyal ancaman adalah ciri utama dari kecemasan ( Beck & Clark, 1997 ). Orang dengan fobia mempersepsikan bahaya pada situasi yang oleh kebanyakan orang dianggap aman, seperti menaiki elevator.
d. Sensitivitas kecemasan
Sensitivitas kecemasan biasnya diartikan sebagai ketakutan terhadap kecemasan dan sintom-sintom yang terkait pada kecemasan (Zinbarg dkk, 2001 ). Sensivitas kecemasan merupakan faktor resiko yang penting bagi gangguan panik (Lilienfeld, 1997).
e. Self- effcacy yang rendah
Bila anda percaya anda tidak punya kemampuan untuk menangulangi tantangan penuh stress yang anda hadapi dalam hidup, anda aka mersa makin cemas bila anda berhadapan dengan tantangan itu ( Bandura dkk, 1985). Sebaliknya bila anada merasa mampu melakukan tugas anda seperti bermain piano, naik kereta, anda tidak dihantui oleh kecemasan bila anda berusaha melakukannya.
4. Faktor neorologis
Ada beberapa faktor kecemasan antara lan :
a. Ketakutan yang terus menerus disebabkan oleh kerusakan dan kegagalan yang bertubi-tubi
b. Dorongan seksual yang tidak mendapat kepuasan dan terlambat sehingga mengakibatkan timbulnya konflik batin (freud)
c. Kecendrungan kesadaran diri yang terhalang (Adler )
d. Represi terhadap macam-macam masalah emosi, tapi tidak berlangsung secara sempurna.
Teori kecemasan
Kecemasan sebagai konflik yang tidak disadari Freud yakin bahwa kecemasan neurotis merupakan akibat dari konflik yang tidak disadari antara impuls id (terutama seksual dan agresif)
Dengan kendala yang telah ditetapkan oleh ego dan superego. Impuls inpuls id menimbulkan ancaman bagi individu karena bertentangan dengan nilai pribadi atau nilai sosial.
Kecemasan sebagai respon yang dipelajari teori belajar sosial tidak memfokuskan diri pada konflik internal tetapi pada cara dimana kecemasan di asosiasikan dengan situasi tertentu melalui proses belajar. Gadis kecil yang dihukum ortunya kerena menentang kehendak mereka dan berusaha memaksakan kehendaknyasendiri pada akhirnya akan belajar mengasosiasikan rasa sakit hukuman dengan prilaku memaksa.
Kecemasan sebagai akibat kurangnya kendali pedekatan yang ketiga menyataka bahwa orang yang mengalami kecemasan bila memnghadapi situasi yang tampak berada diluar kendali mereka. Mungkin itu situasi baru yang harus di atur dan kita padukan dengan dunia dan mengenai diri kita.
E. Pembinaan dan penanganan kecemasan
1. Terapi fobia
a. Pendekatan psikoanalisis
Secara umum penanganan psikoanalisis fobia berupaya mengungkap konflik-konflik yang ditekan yang mendasari ketakutan ekstrem dan penghindaran dalam gangguan ini.karena fobia dianggap sebagai simtom dari konflik-konflik yang ada dibaliknya, fobia biasanya tidak secara langsung ditangani.memeng, upaya langsungbuntuk mengurangi penghindaran fobik dikontradiksikan karena fobia diasumsikan melindungi orang yang diasumsikan melindungi orang yang bersangkutan dari berbagai konflik yang ditekan yang terlalu menyakitkan untuk dihadapi.
b. Pendekatan behavioral
Desensitisasi sistem matik merupakan terapi behavioral pertama kali digunakan secara luas untuk menanggani fobia. Individu yang menderita fobia membayangkan serangkaian situasi yang semakin menakutkan. Sementara berada didalam kondisi relaksasi mendalam. Bukti – bukti klinis dan ekperimen menindikasikan bahwa teknik ini efektif untuk menghapus, atau mengurangi fobia ( Barlow, Raffa dan Cohen, 2002)
Selain itu, banyak terapi prilakuyang telah menyadari pentingnya pemaparan dengan situasi fobik dalam kehidupan nyata,kadangkala selama periode dimana pasien disensitisasidalam imajinasidan kadangkalasebagai pengganti prosedur berbasis pencitraan.
c. Pendekatan kognitif
Terapi kognitif bagi fobia spesifik dipandang dengan spektis karena penentu fobia, rasa takut fobik diakui oleh penderita sebagai rasa takut yang berlebihan atau tidak berlasan.jika penderita mengakui bahwaia mengalami ketakutan pada sesuatu yang tidak berbahaya, apa yang dapat dilakukan terapi tersebut untuk mengubah pikiran si penderita. Memang tidak ada yang membuktikan bahwa dengan hanya menghapuskan keyakinan irasional tanpa pemaparandengan situasi yang ditakuti akan mengurangi penghindaran fobik.
2. Terapi gangguan kecemasan menyeluruh
a. Pendekatan psikoanalisis
Sebagian besar psikoanalisis bekerja untuk membantu pasien menghadapi sumber-sumberkonflik yang sebenarnya. Penangganannya hampir sama dengan penanganan fobia.Satu studi menggunakan intervensi psikodinamika yang memfokuskan pada konflik interpersonal dalam kehidupan masa kini pasien dan mendorong cara yang lebih adaptif untuk berhubungan dengan orang lain. Sama dengan terapi kognitif behavior mendorong menyelesaikan masalah sosial.
b. Pendekatan behavioral
Para ahli klinis menangani kecemasan menyeluruh dengan berbagai cara. Jika terapis menganggap kecemasan sabagai serangkaian respons terhadap berbagai situasi yang dapat diidentifikasi, apa yang tampak sebagai kecemasan yang bebas kecemasanyang bebas mengalir yang dapat diformulasikan ulung pada satu fobia.
c. Pendekatan kognitif
Jika suatu perasaan tidak berda tampaknya mendasari kecemasan presasif, terapi beorientasi kognitif akan membantu klien menguasai keterampilan apapun yang dapat menumbuhkan perasaan yang kompeten. Keterampilan tersebut, termasuk asertisivitas,dapat diajarkan melaluiinteruksi verbal,modeling, dan membangkitkan operant. (Goldfriend & Davison, 1994).
d. Pendekatan kognitif
Anxiolytic, seperti jenis yang disebutkan untuk menangani fobia dan gangguan panik, mungkin merupakan penanganan yang paling banyak digunakan untuk gangguan anxiety menyeluruh. Obat-obatan, terutama menzodiapin, seperti valum dan xaxan. Obat- obat tersebut akan bekerja beberapa jam dalam berbagai situasi yang dihadapi.
e. Pendekatan biologis
Obat- obatan yang mengurangi kecemasan disebut sebagai sedatif, transquilizer, anxiolistik. Barbituret adalah kategori obat-obatan utama yang digunakan untuk menangani gangguan anxiet, namun karena kategori obat-obatan tersebut menyebabkan keergantungan yang tinggi dan beresiko mematikan bila overdosis.
3. Terapi perilaku
Terapi prilaku merupakan aplikasi sistematis dari prinsip-prinsip belajar untuk menangani gangguan psikologis. Karena fokus pada perubahan perilaku bukan pada perubahan kepribadian. Terapi perilaku relatif singkat, berlangsung pada beberapa minggu dan bebarapa bulan. Terapi perilaku, seperti lainya, memcoba mengembangka terupeutik yang hangta dengan klien, tetapi mereka percaya bahwa kemampuan khusus dari terapi perilaku berasal dari teknik yang berbasis pembelajran bukan dari sistem hubungan terapeurik.
4. Penanganan gangguan kecemasan
a. Pendekatan psikodinamika
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merfleksikan energi yang dilekatkan kepada konflik tak sedar dan usaha ego untuk membiarkan tetap terepsi. Psikoanalisa tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolis dari konflik dalam diri mereka. Dengan demikian ego dapat lebih memberi perhatian kepada tugas yang kreatif dan memberi peningkatan.
b. Pendekatan humanistik
Terpi ini bertujuan untuk membantu mereka untuk memahami dan mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan mereka yang sesungguhnya, sebai akibatnya, klein menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka yang sesungguhnya, tidak beraksi dengan kecemasan bila perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan mereka mulai muncul kepermukaan.
c. Pendekatan biologis
Masalah potensial dengan terapi obat adalah bahwa pasien kemungkinkan menggap perbaikan klinis yang terjadi disebabkan oleh obat dan bukan karena sumber daya mereka sendiri. Obat ini tidak memberikan kesembuhan total. Kambuh sering pasien menghentikan pengobatan.
d. Pendekatan belajar
Cara menangani pendekatan belajar ini berusaha untuk membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi objek- objek atau situasi yang menimbulkan ketakutan dan kecemasan.
Ada beberapa cara Penangulangan kecemasan antara lain :
1. Menitik beratkan masalahnya: individu menilai situasi yang menimbulkan kecemasan dan kemudian melakukan sesuatu untuk mengubah atau menghindarinya.
2. Menitikberatkan emosinya : individu harus berusaha mereduksi perasaan cemas melalui berbagai macam cara dan tidak secara langsung menghadapi masalah yang menimbulkan kecemasan itu.
Penanganan anak pencemas
Sebagai guru taman kanak-kanak, ada beberapa hal yang dapat anda lakukan (Schaefer & Millman, 1981) dalam menghadapi anak didik yang mengalami kecemasan berlebihan yaitu :
1. Menerima anak dan menyenangkan hatinya
2. Menggunakan berbagai macam strategi untuk mengatasi kecemasan
3. Mendorong anak untuk mengekspresikan perasaannya
4. Meningkatkan pemahaman dan pemecahan masalah
5. Meminta bantuan kepada profesional
DAFTAR PUSTAKA
Jeffrey. S Nevid, Spencer A. Ratus, Beverly Greene. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta : Erlangga. Edisi I
Jeffrey. S Nevid, Spencer A. Ratus, Beverly Greene. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta:
Erlangga. Edisi 9
Grealdc , Daviison, John. M . neale , Ann. M. kring. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta: Raja Gafindo Persada.
Marlina. 2007. Bahan Ajar Mata Kuliah. Jakarta : UNP
Rita L. Atkinson, Richard C. Atkonson, Ernest R, Hilgard, Nurjanah Taufik – Agus Darma. 1983. Pengantar Psikologi. Jakarta : Erlangga
Rini Hildayani dkk. 2005. Penanganan Anak Berkelainan ( ABK ). Jakatra : Universitas terbuka
2
komentar